Kepalsuan yang Sempurna
Kuulurkan tanganku menyentuh
rintikan hujan yang mengalir dari atap sekolah, menikmati setiap sentuhannya
yang dingin, sayangnya ia tidak mampu untuk mendingkan perihnya luka dihatiku.
Ketika angin berhembus menghembuskan rintikan hujan menuju diriku, perlahan
kupejamkan mata menikmati setiap terpaan hujan yang membasahi wajahku,
kuberharap ia mampu menyapu setiap luka yang telah tergores dalam hatiku. aku
bukanlah manusia yang kuat untuk menahan setiap beban yang hinggap dipudakku
juga memenuhi setiap relung jiwaku, aku hanyalah seorang remaja yang lemah dan
membutuhkan tempat untuk bersandar. Air mataku jatuh perlahan bersamaan dengan
rintikan hujan yang setia menerpa wajahku tanpa berniat menjauh sedikitpun,
beban ini terlalu berat untuk mampu kupikul sendiri, tentang kepercayaan yang
perlahan luntur dari diriku, tentang sahabat yang berubah menjadi teman,
tentang trauma yang tidak kunjung sirna, tentang keluarga yang tidak baik –
baik saja dan tentang aku yang selalu merasa diragukan. Semakin deras, ia
semakin deras mengalir bersamaan dengan rintikan hujan yang semakin gigih
menerpa wajahku. Cengkeraman jemariku pada pinggiran balkon semakin mengencang
berusaha mengalihkan luka itu kepada besi yang tidak bernyawa, mungkin jika ia
mampu menjerit, jerit kesakitanlah yang akan muncul dari bibirnya.
“Haruskah aku mengakhiri hidupku
disini ?” bisikku pada angin, namun hanya suara
hujan yang menjawabnya.
Awan kelabu semakin pekat menghiasi
langit, pertanda bahwa gerimis itu tidak akan kunjung usai bahkan akan berganti
dengan hujan yang mungkin lebat. Perlahan kucoba meraih kembali kewarasan dan
kedamaian hatiku, walaupun itu sedikit sulit kulakukan. Setidaknya ketika aku
masih menyadari bahwa Tuhan itu ada dan nyata, aku masih akan bertahan diantara
perihnya luka yang mendera. Mungkin ini adalah bentuk sayang juga kepedulian
Tuhan kepadaku, Ia mengajarkanku tentang pelik juga indahnya kehidupan, hingga
nantinya aku mampu menjadi remaja yang lebih baik dari saat ini dan mampu
menghadapi hidup yang penuh dengan rintangan, itu tidak mudah bukan ?
Kutarik nafas dalam – dalam saat
kedamaian perlahan menyapa diriku, lalu kehembuskan perlahan, kubuka mataku dan
menjauh dari sapuan air hujan, aku telah
lebih baik dari sebelumnya. Seulas senyum mengembang di wajahku, dan ketika
tanganku mengusap air yang menempel di wajah, kurasakan sebuah tepukan halus
dipundakku, seketika aku terlonjak kaget dan merasa was – was dalam hatiku.
“Re………” Panggilnya.
Kubalikkan badanku ketika
keterkejutan dan pergolakan itu telah usai, itu artinya aku telah menjadi Rea yang selama ini meraka kenal, sosok Rea yang
selalu sempurna.
“Halo Nia…” Sapaku lengkap dengan
senyum yang menggantung di wajahku.
***
Tulisan lama yang selama ini tersimpan di laptop akhirnya terupload :v . Satu hal yang aku sadari hari ini adalah ketika kamu selalu menunggu semua untuk selesai atau bahkan sempurna terlebih dahulu, semua itu tidak akan pernah selesai karena manusia tidak pernah tahu kapan semua cerita akan usai , dan bukankah kesempurnaan hanyalah milik Tuhan ? so kalau bisa sekarang kenapa engga ? bisa jadi proses itulah yang nantinya akan membuat kamu belajar dan berproses menjadi seorang yang baik dari dirimu saat ini :)
"Feel free to give me comment, it means so much to me, thanks"
"Feel free to give me comment, it means so much to me, thanks"
Komentar
Posting Komentar