Selepas Hujan Sore Itu: Bertahanlah
“It isn’t easy dealing with yourself”
Setidaknya kalimat itu yang mampu menggambarkan lika-liku hidup yang membelenggeku
akhir-akhir ini. Memang benar, hidup tidaklah mudah. Dan aku juga tidak berharap
demikian, karena kalau hidup tidaklah terjal, ia tidak akan pernah mengajarkanmu bagaimana menjadi manusia yang lebih kuat dan dewasa.
Aku tersenyum menatap sahabat yang selalu membersamaiku, tertawa dengan bahagianya ketika deburan demi deburan ombak menerpanya. Walaupun baju yang ia kenakan basah, hal tersebut sama sekali tidak mengurangi aura kebahagiaan yang menguar darinya.
Tawaku terlepas begitu saja ketika melihatnya tidak mampu mempertahankan
keseimbangan tubuhnya saat ombak besar mengahantamnya. Alhasil, ia terjatuh dan
seluruh tubuhnya basah kuyub. Wajahnya tampak kesal, tangannya memukul-mukul
air dengan kasar seakan mengatakan ‘Hai kenapa kalian jahat dengan diriku, rasakan
pembalasanku.’ yang tentu saja tidak ada balasan apapun kecuali
deburan ombak yang terus menghantamnya tanpa henti.
“Hai……………” Jeritnya sembari mengacungkan jari telunjukkan ke arahaku ketika menyadari aku sedang menertawakan dirinya.
Bukannya berhenti tertawa, justru sebaliknya, tawaku semakin keras
ketika melihat wajahnya yang merah padam menatapku dengan garangnya. Aku segera
berdiri dan menjauh dari pinggir pantai ketika melihatnya dengan segala
kekuatannya berlari menhampiriku.
Berlari di atas pasir pantai memang tidaklah mudah, bukannya betambah
cepat, yang ada langkahku perlahan semakin pelahan, hingga akhirnya ia berhasil
meraih pergelangan tanganku dan menyeretku menuju deburan ombak yang bergulung-gulung menyambut kami.
“Lepaskan … ha… lepas” Aku meronta sembari tertawa.
Bukannya aku tidak ingin bermain air, aku suka, namun tidak ketika seluruh tubuhku akan basah kuyub karena air, aku sungguh tidak menyukainya. Tapi kalau sudah seprti ini,
ia tidak akan membiarkan hanya kakiku yang dibalut oleh air, dan bisa kupastikan bahwa seluruh tubuhku akan basah oleh air pantai.
“Hya……” Teriaknya dengan penuh semangat penuh dengan kabahagian ketika berhasil mendorongku jatuh ke dalam air.
Ia sama sekali tidak menyesal, apalagi terfikirkan untuk membantuku
berdiri, hal tersebut tidak akan pernah terjadi.
Dengan senyum licik yang terlukis di wajahku, kutarik tangannya dengan
kecang hingga ia jatuh ke dalam air tepat di sampaingku, Aku tertawa puas
melihatnya, melupakan fakta bahwa beberapa detik lalu aku sama sekali tidak
ingin basah oleh air pantai.
"Ternyata tidak seburuk itu…." Pikirku.
Kami sama-sama tertawa menikmati momen saat ini, tidak lagi memfikirikan apapun yang telah atau akan terjadi dan merekam baik-baik kenangan lain yang kami cipatakan saat ini untuk kemudian diingat di masa depan.
Terima kasih Tuhan, karena karena telah mengirimkan dia hadir di dalam hidupku, bersamanya aku mampu melewati masa sulit yang mengahantamku tanpa belas kasih.
Aku tersenyum lepas dan meraih tubuhnya yang basah kuyup ke dalam dekapanku.
“Thanks.” Ucapku lirih lalu kueratkan dekapanku dan kusembunyikan wajahku di antara relung lehernya.
“Apapun untukmu.” Jawabnya lembut sembari membalas pelukanku tidak kalah eratnya.
Untuk apapun yang saat ini tengah menghantamu, bertahanlah. Aku yakin kamu bisa, percayalah akan ada Pelangi selepas hujan, dan akan ada tawa setelah tangisan, semua akan indah pada waktunya. You never walk alone.
--------------------
I wanna bid goodbye to this story, but It's hard....
Let's just see, apakah akan beneran berakhir atau masih ada judul yang lain :)
Tapi rasanya sudah cocok sekali cerita ini dijadikan sebagai penutup :) (Let me know bagaimana pendapatmu).
Writing this story while listening to missing you by all time low, rasanya hahahaha.
Right now, it's my fav song.
Anyway, jangan lupa kritik dan sarannya :)
Komentar
Posting Komentar