Aku dan Diriku: 1
Benar. Tidak ada yang berubah dari malam-malam sebelumnya.Aku tetap sendiri melewati malam yang mencekam ini. Tanpa ada teman, bahkan rembulan saja malas menampak dirinya. Sungguh, mengapa dunia ini tidak adil terhadapku?
Tidakkah mereka sadari, aku membenci malam, ingin rasanya aku menendangnya jauh-jauh, namun aku bisa apa? aku hanya manusia biasanya, bukan manusia dengan kekuatan super yang bisa melakukan semaunya. Jika aku punya pilihan, ingin rasanya aku menghilang ketika senja tiba dan tidak pernah bertemu dengan malam.
Tidak pernah sekalipun malam pernah bersahabat denganku. Ia selalu mengancam diriku, selalu saja menebarkan aura mengancam dengan semena-menanya, tanpa ada belas kasihan sedikitpun. Belum lagi, tiap malam tiba aku selalu merasakan hawa mengancam seakan mengikutiku. Seakan-akan mengatakan “Enyah atau kau akan mati ditanganku!”
Tidak hanya mengikutiku, ia selalu mengawasiku dari balik kegelapan, menungguku lengah dan aku yakin ia akan menerkamku hidup-hidup ketika aku lengah sedetik saja. Coba katakan, bagaimana aku bisa bersahabat dengan malam? mustahil sudah, itu sudah pasti sangat mustahil.
Belum lagi, suara-suara kegaduhan selalu hadir dalam benakku ketika malam tiba. Selalu berteriak, memberontak, menangis seenaknya dalam benakku. Aku lelah mendengarnya, ingin rasanya ku bentak balik suara itu. Tapi apa daya, suaraku tidak pernah mampu menyentuhnya.
Dan ketika suaraku mampu menjangkaunya. Bukannya diam, malah mereka semakin gaduh seakan-akan mengatakan padaku “kau siapa berani memerintah kami? harusnya kau diam! bukannya kami, dasar manusia lemah!”. Jika sudah seperti ini aku hanya bisa diam, tidak mampu mengucap sepatah katapun, bahkan badanku saja membeku. Dan seketika air mataku menetes melewati pipiku.
“Tuhan, aku lelah..” bantinku menangis tersedu-sedu.
Kutarik selimut menutupi kepalaku dan berharap semuanya usai. Namun selayaknya malam-malam sebelumnya, harapan itu tidak pernah tiba. Malam tetap menampakkan dirinya hingga fajar kembali menyapa.
Malam ini, bersama dengan air mata yang semakin deras mengalir, pikiran yang kalut, hawa mencekam yang mengelilingiku, dan rembulan yang tidak menampakkan wujudnya. Aku kembali menunggu fajar, sendiri tanpa adanya teman.
Aku bahkan tidak yakin jika aku mampu bertahan, tapi satu hal yang aku tahu, bahwa Tuhan sangat mencintai hamba-Nya dan ia tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Aku yakin Tuhan akan mengirimkan bintang untuk menerangi gelapnya malamku. walaupun aku tidak tahu kapan bintang itu akan datang. Namun, aku akan menunggunya dengan penuh harap dan kesetiaan.
Segeralah datang wahai bintang!
-----------
Hey! one thing that you have to remember is “you matter!”
Komentar
Posting Komentar