Just a Friend: 3

        Semenjak kejadian waktu itu, hari-hariku tidak banyak berubah, sekolah, pulang, sekolah lagi. Sayangnya, perasaan sesak semakin sering menimpa diriku, walaupun itu belum cukup membuatku menitihkan air mata, tetapi….. aku lelah, aku sebal, aku ingin berhenti, kenapa takdir begitu kejamnya masih memelihara perasaan ini di hatiku,

Setiap hari aku harus menahan diriku untuk mendengarkan curhatan kedua anak adam yang tampaknya mencintai satu sama lain tanpa mempertimbangkan perasaan lawan bicaranya. Tidak sadarkah mereka kalau aku disini menangis sendirian…..

Lihat… panjang umur sekali…

Nama Rara terpampang dengan jelas di layar ponselku, mengehela nafas lelah, dengan kekuatan yang tersisa aku menarik tombol hijau ke atas sehingga telepon kami terhubung.

“Hai Lea……” Sapa Rara kelewat Ceria, pasti Raka yang membuatnya seperti ini,

“Kenapa Ra…….” Aku berusaha menjawab senormal mungkin, berusaha menyembunyikan keogahanku.

“Menurutmu Raka gimana Le……?”

Deg…..

Seketika jantungku berhenti berdetak, mengapa Rara tiba-tiba berkata seperti itu? Jangan-jangan……

Tidak semoga tebakan tidak benar.

“Le… “ Panggil Rara menyadarkanku bahwasannya di ujung sana Rara masih menunggu respon dariku.

“Baik… Raka baik…” Aku menjawab dengan terbata dan sedikit tidak yakin.

“Lea…. Kalau itu aku juga tahu tanpa perlu kamu jelasin… Maksudku karakter dia seperti apa ? Kamu kan udah sahabatan lama dengan dia harusnya kamu tahu…” Gemasnya dengan kecerian yang terselip di antara suaranya.

“Memang kenapa Ra…?” Tanyaku penasaran dengan perasaaan was-was menghantuiku, takut jika tebakanku menjadi kenyataan.

“Kurasa aku menyukainya.” Akunya dengan suara sedikit malu-malu.

Bam…

Rasanya, duniaku runtuh seketika, hatiku mencelos sakit, sisa kekuatanku menghilang dari tubuhku, aku hanya bisa tertawa dengan penuh kesedihan di dalamnya. Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan?

“Halo Le… Halo….”

Menarik nafas dalam-dalam, setidaknya lewat tarikan tersebut aku berharap kekuatanku akan sedikit kembali dan dengan ketabahan dan kekuatan yang tersisa aku berusaha membarikan jawaban terbaikku sebagai seorang teman dan seorang sepupu untuk Rara.

“Iya aku masih di sini…. Selamat ya Ra….. Akhirnya kamu merasakan cinta itu seperti apa.”

Aku berharap suaraku tidak tampak aneh di telinga Rara, Semoga ia tidak menyadari adanya perubahan yang terjadi padaku.

“Kamu baik-baik aja kan Le?” Tanyanya memastikan bahwa tidak ada yang salah dengan diriku.

Dan tentunya aku tidak akan dengan bodohnya menjawab ”ya aku tidak-baik saja mengetahui fakta kamu menyukai Raka”.

“Aku baik-baik aja kok… udah agak ngantuk aja makanya aku gak konsen.”

Aku menguap diakhir kalimataku, berusaha meyakinkan bahwasanya aku baik-baik saja dan tidak ada sedikitpun yang salah denganku.

“Ya udah bobok aja gih… lagian besok juga sekolah…. Sampai jumpa besok dikelas ya Le…. Aku sayang kamu.”

“Aku juga sayang kamu dan congrats ya…..”

Dan akhirnya, telepon yang menghubungkan kami berdua terputus juga.

“Semoga ya Ra… semoga aku masih akan dan selalu menyayangi hingga nanti di masa depan” Batinku.


---------------------------------------------------
Honestly, aku kagen nulis :) tapi almost a month aku engga nulis. Hopefully, since today aku bisa istiqomah nulis everyweek :).Hai kamu... apapun yang kamu lakukan 'SEMANGAT YA.......' C U n ditunggu kritik dan sarannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Just a Friend: 4

Selepas Hujan Sore Itu: God Knows The best

Selepas Hujan Sore Itu: To Push My Limit