Selepas Hujan Sore Itu : Untuk Diriku
Mungkin bagi sebagian orang sendiri itu tampak menyedihkan, tetapi hal
ini tidak berlaku untukku. Seperti halnya sore ini, bersama dengan sepedah yang
telah menemaniku selama kurang lebih tiga tahun, ku jelajahi jalanan berliku di
sepanjang perbukitan di desa sebelah.
Senyumku terbentang luas, ketika angin lembut menembus tubuhku, terlebih
sinar matahari yang tampak malu-malu melewati celah-celah di antara pepohonan
yang menjulang tinggi, seakan-akan mengatakan padaku “Aku bersamamu kawan. Nikmati
harimu saat ini.”.
Menggoes dan menggoes, lelah tentu iya… tetapi jajaran pohon yang
terbentang di sepanjang jalan, sawah-sawah luas berterasering, sesekali tampak
pak tani yang bersemangat mengolah sawahnya. Dan hamparan langit membiru juga
kicuan burung yang meramaikan pagi menuju siang itu sungguh menghiburku dan
membayar lunas lelah yang kurasakan saat ini, belum lagi, sesuatu yang
menantiku di ujung jalan ini. Ah… rasanya semakin tidak sabar saja.
“Apa ada yang lebih mengasyikkan
ketimbang indahnya ciptaan Tuhan ini?”
***
Kutangkap hamparan rumput yang
tumbuh menghijau di ujung jalan melalui netraku, tanpa menyiakan-nyiakan waktu,
semakin kupercepat laju sepedahku lalu meletakkannya di samping pohon besar
yang pertama kali kutemui.
Melepas sepatu putihku lalu berlari
menuju beningnya air yang mengalir tenang dengan semangat. Senyumku mengembang
ketika sejuknya air danau menyapa jemari kakiku. Semakin jauh, sensasi dingin
namun menyejukkan semakin kurasakan. Ketenangan, kebahagian, kelegaan dan
kepuasan, keempat hal inilah yang saat ini tengah aku rasakan. Dan aku sangat
bersyukur untuk hal ini.
“Seharusnya sudah sejak kemarin aku
pergi ke sini.” Gumamku.
Inilah yang aku butuhkan,
kesendirian untuk menikmati hariku, melepaskan semua beban yang selama ini
menggelayutiku, mengumpulkan semangat baru dan bersiap untuk menghapi esok
pagi.
“Berilah waktu untuk dirimu sendiri,
biarkanlah dia bernafas, biarkanlah dia tersenyum bahagia, setelah semua hal
yang telah dia lalui hingga detik ini, dia berhak untuk menerima hadiahnya.”
Kalimat inilah yang kerap kali kuucapkan kepada sahabatku ketika mereka lelah
dan tak lagi bersemangat padahal hari masihlah panjang.
“Aku dan kamu berhak untuk tersenyum
dan bahagia.” Ucapku pada diriku sendiri dengan senyum kebagiahan dan wajah
penuh kepuasan.
Sendiri itu tidak menyedihkan tetapi
terkadang memang dibutuhkan.
----------------
Setelah sekian lama... akhirnya kembali menulis. Seperti ada sesuatu yang aneh dari tulisan ini tapi tidak tahu apa hahahahahaha. Ditunggu kritik dan sarananya:)
Oh iya, kalau ada yang tahu caranya pasang google adsense kasih tahu ya :v
Source pic: Unsplash.com
Komentar
Posting Komentar