Just a Friend: 1

Senyum manisku mengembang, hatiku dipenuhi oleh bunga-bunga ketika kudapati nama Raka terpampang di layar ponselku. Dengan tangan yang gemetar dan hati yang berdebar-debar segera kutekan namanya dan melihat pesan yang dikirim olehnya.

Dan ketika aku tahu isinya, seketika badanku terasa lemas, senyumku luntur dan bunga yang tadinya bemekaran kini layu sudah.

Raka

Lea…..

Siapa gadis berambut panjang yang pergi ke café bersamamu tadi pagi?

Aku tahu, ia saat ini pasti tengah tersenyum tidak jelas dan sangat bersemangat untuk mengenal gadis itu lebih jauh. Tentunya ini berbanding terbalik dengan diriku, wajah cemberut, senyum yang kecut lengkap dengan gerutuan yang memenuhi hatiku.

Harusnya aku sadar diri, Raka tetaplah Raka dan Sahabat tetaplah sahabat, sejauh apapun aku berusaha, status yang ada diantara kami tidak akan pernah berubah. Tetapi karena kebodohanku dan keoptimisanku, masih saja kupertahankan perasaan ini untuknya.

Aku mengehela nafas berat lalu menjangkau guling terdekat denganku dan memukulnya, melampiaskan semua rasa kesal yang saat ini tengah menggelayuti hatiku. Aku tahu aku bodoh, tapi apa yang bisa kulakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini, jika aku mengucapkan tiga kalimat keramat itu kepadanya tentu itu akan menjadi akhir dari persahabatanku dengannya, tetapi jika aku memilih menahan perasaaan ini, konsekuainya aku harus mampu menanggung perasaan seperti ini, bahkan mungkin di masa depan akan berkali-kali lebih menyakitkan.

“Hfffttttttt….”

Pada akhirnya, aku harus menjawabnya, jika tidak dalam satu menit kedepan aku pastikan handphoneku akan berbunyi dan nama Raka akan kembali terpampang dengan jelas di layar ponselku.

Lea

Kenapa?

Aku bersyukur, Saat ini Raka tidak bersama denganku, jika tidak sudah pasti dia akan mendengar suara cuek nan sebal yang keluar dari mulutku ketika mengatakan kata tersebut.

Dan tiga detik berikutnya, aku dapati namanya kembali terpampang dengan jelas dilayar ponselku.

Raka

Kurasa aku menemukan cintaku yang baru J

Dan benar, tepat ketika aku selesai membaca kalimat yang dikirimkan olehnya, sikotak berwarna putih ini secara resmi melayang ke ujung ranjang.

Aku tahu dan sadar, ini bukan yang pertama, tetapi ketika yang ia tanyakan adalah gadis yang bersamaku tadi siang, kisahnya sudah pasti akan berbeda, karena aku dengan sangat jelas mengenal siapa gadis itu. Dan kabar buruknya adalah, dua hari dari sekarang dia akan menempati sekolah dan kelas yang sama dengan kami. Belum lagi, sebagai sepupu yang baik aku harus menemaninya, pastinya Raka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku sangat yakin dengan hal itu, sunguh….. sangat….. yakin.

“Arggdkadhakdkakd” Sekali lagi, guling yang saat ini berada dipangukanku harus rela menjadi korban pukulan dan gigitan serta menerima sumpah serapah yang terlontar dari mulutku.

Ketika setitik kewarasan menghampiriku, segera ku raih siputih yang berada diujung ranjang dan menekan tombol off.

            “Bya.. bye.. Raka” ujarku lengkap dengan senyum aneh terpampang di wajahku.

-------------------

Ini adalah cerita baru, menurut kalian bagaimana? 

Ditunggu kritik dan sarannya ya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Just a Friend: 4

Selepas Hujan Sore Itu: God Knows The best

Selepas Hujan Sore Itu: To Push My Limit