Selepas Hujan Sore Itu : Mencari Arti Bahagia
“Apa arti sebuah kebahagian ?”
Pertanyaan itu terus terngiang di kepalaku seiring dengan tiap langkah
yang telah terlewati. Menghela nafas berat namun tetap mempertahankan ritme
langkah ketika kata ‘arti bahagia’ terus menerjang benakku tanpa lelah.
Harus aku akui jika aku lelah, ingin berhenti, ingin menangis dan meraih
kebahagian yang selama ini kudambakan. Namun ketika kupikirkan lebih jauh, aku
tidak pernah mengerti arti bahagia, yang kurasakan selama ini hanyalah
kesedihan dan kehampaan.
Semilir angin yang menerpa tubuhku dan rindangnya dedaunan yang
memayungiku, jika dalam kondisi normal keduanya akan mampu meredakan sedikit
pergolakan di hati ini, karena aku termasuk salah satu orang yang sangat menyukai
alam. Terkadang, ketika kekalutan menggelayuti pikiranku, dengan seluruh keletihan
yang mendera kukendarai motor menuju taman di pinggiran kota, pemandangan hijau
yang menyapa netraku, semilir angin yang menerpa tubuhku dibarengi dengan suara
kicauan burung dan anak – anak yang berlari menjadi penghibur ketika kekalutan
itu terasa berat unttukku
Kukupalkan tangan hingga buku – buku jariku menekan telapak tangan dengan
cukup dalam, setidaknya itu mampu menjadi pengalihan semetara dari kebingungan
yang terus menghantam. Menekan semakin dalam, melangkah semakin cepat dan jauh
menuju ujung jalan.
Akhirnya aku berhasil mecapainya, air luas membiru yang dibatasi oleh
pepohonan yang menjulang tinggi, oh dan diujungnya tampak gunung dengan puncak
tertutup awan yang berdiri dengan kokoh, tidak lupa dengan burung – burung yang
terbang melewati ranting – ranting lengkap dengan kicauannya, Bagiku ini adalah
keindahan yang sempurna…
Senyum tipis perlahan menggantung dibibirku ketika sedikit ketenangan
berhasil memelukku. Perlahan melangkah maju, melepas kedua sepatuku, kemudian
melangkah lagi hingga kurasakan sensasi dingin yang menyerbu ketika kakiku
menyentuh dinginnya air danau dihadapanku.
“Ini yang aku butuhkan.” Gumamku pelan.
Terlepas dari semua beban yang menghantuiku dan kemudian merasakan
sebuah kebahagiaan, mampu melangkah tanpa ada yang menghalangiku sama sekali,
melangkah dengan ringan dan senyuman, hanya itu yang aku inginkan. Sayangnya,
itu hanya keinginan semata, aku tidak pernah mengerti tentang arti sebuah
kebahagiaan, yang aku pahami hanyalah berbagai macam kesedihan dan tangisan.
“Arghhhh………………” Teriakku lantang ketika perlahan semuanya kembali
menghantui pikiranku, mengambil seluruh kekuatanku secara paksa tanpa
meninggalkan sisa.
“Aku lelah… Sungguh sangat lelah……Aku ingin menyerah.”
Tubuhku ambruk, air dengan cepat membahasai seluruh pakaian yang saat itu kukenakan. Rasa dingin ini terasa lebih baik dibandingkan dengan rasa sesak yang memenuhi hatiku, seakan – akan secara perlahan ingin membunuhku.
Komentar
Posting Komentar