Selepas Hujan Sore Itu : Tidak Harus Memiliki

Cinta….

Virus merah jambu itu sungguh sangat berbahaya, terkadang membuatku tersenyum dan tertawa layaknya orang gila, namun sering juga membuatku tidak berdaya, mematikan setiap sendi tubuhku, menyakiti organ lembut yang menjadi pusat rasaku. Dan sakit ini semakin sering melanda ketika rasa itu jatuh pada orang yang salah, orang yang tidak mungkin pernah menjadi milikku untuk saat ini maupun di masa yang akan datang.

Ku tarik nafas sepanjang yang aku mampu, berharap rasa sesak yang menyerangku ikut tertarik dan menggumpal menjadi satu. Lalu melapaskan nafasku secepat dan sekuat yang aku mampu, sayangnya rasa sesak ini tetap tertinggal dan melekat dengan erat di dalam hatiku, meringkuk nyaman dan tidak berniat meninggalkannya barang sedetikpun.

Aku lelah……..

Teramat sangat lelah

Menginginkan orang yang seharaunya tidak boleh diinginkan, memifirikan orang yang seharusnya tidak boleh difikirkan, menyukainya lebih dari apapun yang seharusnya tidak aku lakukan dan mencintai orang yang seharusnya tidak boleh ku hinggapkan rasa itu untuknya.

Benar……

Aku mencintainya….

Aku bahkan tidak sadar kapan rasa ini mulai bersemai dan bermekaran di dalam hatiku, awalnya aku hanya mengaguminya, ia adalah sosok yang luar biasa, tidak hanya aku tetapi sebagian besar gadis di sekolahku juga mengaguminya, seseorang yang tampan dengan otak yang cemerlang dan dibarengi dengan kepribadian yang luar biasa tanpa cela. Aku mengenalnya ketika kami berada dikelas yang sama dan berada dalam satu tim yang sama untuk mewakili sekolah dalam perlombaan olimpiade yang diadakan oleh salah satu universitas di Ibukota. Dan sejak itu tanpa bisa aku hindarkan kata teman dekat menjadi pengikat hubungan kami.

Yang tersisa hanyalah penyesalan…..

Harusnya aku sadar saat itu, dan membentengi diriku untuk tidak dekat dengannya melebihi seorang teman biasa atau mungkin kenalan. Harusnya aku semakin menanamkan keyakinan yang selama ini aku percaya bahwa ‘tidak ada persahabatan murni diantara perempuan dan laki – laki, salah satu diantara kami akan berkahir pada rasa yang bisa jadi tidak memiliki ujung yaitu cinta’

Dan disinilah aku……..

Penuh penyesalan……..

Merasa kelelahan………

Aku ingin melupakannya, tetapi aku tidak mampu, setiap aku bersaha mengenyahkan bayang – baying dirinya, sesering itu pula ia hadir dalam keseharianku. Setiap aku bersaha untuk selangkah mundur dari posisiku saat ini, dua langkah ia maju untuk meraihku, dan ketika aku ingin meletakkan jarak diantara kami, dengan santainya ia merekatkan jarak diantara kami.

Aku tidak mengerti……

Aku tidak bisa memahami…….

Dulu aku pernah berharap, seandainya tali keyakinan yang mengingat aku dan dia tidak berbeda, mungkin ini tidak akan menjadi sejauh ini, mungkin juga aku masih memiliki kesempatan bahwa rasa ini untuk tersampaikan, dan mungkin aku juga memiliki kesempatan untuk bersamanya merajut kisah diantara kami di masa depan.

Namun itu hanyalah harapan belaka, sayangnya tali itu tidak memiliki awal dan akhir yang sama, tali yang mengikat diri kami berbeda, dan aku tidak ingin menjadi seseorang yang melepaskan tali ini lalu meraih tali miliknya untuk kuikatkan pada diriku.

Sungguh aku tidak menginginkan itu……..

Aku memilih tetap terikat pada tali ini dan terisiksa oleh rasa yang tidak mungkin tersampaikan dan tersatukan.

Dan membiarkan takdir Tuhan yang menentukan di tempat mana kami akan berakhir.


Harusnya kalau sesuai dengan darft yang udah ada, cerita pertama bukan ini wkwkkwkw, tapi aku juga tidak menyesal menjadikan ini sebagai pembuka :))) mungkin karena entah mengapa ada sebuah rasa lega singgah tanpa izin di diriku begitu cerita ini usai wkwkwkkw 

Dan aku tidak tahu ini berarti apa :v

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Just a Friend: 4

Selepas Hujan Sore Itu: God Knows The best

Selepas Hujan Sore Itu: To Push My Limit