Selepas Hujan Sore Itu: God Knows The best

Kurapatkan lagi jaket yang mendekap tubuhku dengan hangat, lalu perlahan mengangkat tubuhku menjauhi tanah dan menebas sisa-sisa tanah yang menempel dipakaianku. Sekali lagi, sebelum aku benar-meninggalkan tempat ini, kuendarkan mataku menikmati hamparan pohon tinggi menjulang dan hamburan sinar matahari yang mencuat dari sisi-sisi pepohonan. Aku tersenyum, cipataan Tuhan yang indah inilah yang telah menemaniku beberapa waktu yang lalu. Dengan setengah ketidakrelaan, akhirnya mau tidak mau aku benar-benar memalingkan wajahku dan meraih sepedah yang telah menunggu sembari bersandar di samping jalan setapak yang tidak tampak ujungnya. Benar sekali, aku sedang barada jauh dari hiruk piruk kehidupan kota yang seakan tidak pernah behenti, jika dibilang aku melarikan diri, itu tidak sepenuhnya salah juga, karena aku memang sedang menjauh dari kehidupan yang sekan-akan memenjarakanku tanpa memeberikan sedikitpun kebebasan. Setidaknya,...